Kamis, 21 Februari 2008

Indahnya Kematian

Indahnya Kematian

Biarkan saja aku, wahai semua, karena jiwaku dimabuk cinta.
Biarlah aku tertidur, karena jiwaku telah kenyang dengan siang dan malam.
Nyalakan pelita dan dupa di sekitar ranjangku, sebarkanlah bunga mawar dan bakung pada tubuhku, tuangi rambutku dengan wangi kasturi, urapi kakiku dengan ratus kayu wangi, kemudian lihatlah adakah jemari maut telah datng padaku sampai ke dahi.
Biarlah aku terjatuh dalam tidur lelap, karena mataku telah terjaga hingga lelah.
Petiklah kecapi dan biarlah gema dawai putihnya berdenting ke pusat telinga.
Tiuplah seruling dan biarkan mengalun ke relung kalbuku, untuk mempercepat sampai ke perhentian terakhir.
Nyanyikan tembang agar pesona maknanya membentang permadani bagi perasaan, sehingga jalan di depan mataku disinari berkas pengharapan.
Sekalah air mataku, Sahabatku, tegakkan kepalamu bagaikan tengadah mahkota bunga menyongsong datang fajar. Dan lihatlah Pengantin Mautku tegak di sisi bagaikan ambang sinar antara ranjangku dan langit pagi...Tahanlah napasmu dan dengarlah sejenak, aku keras menyimak bagaimana sayap putihnya berkepak.

Mendekatlah kemari dan kemudian menjauhlah, wahai putra putri ibuku. Kecuplah keningku dengan senyuman di bibir. Cium bibirku dengan pelupuk matamu, dan cium pelupuk dengan bibirmu.
Dekatkan kemari anak-anak itu dan biarlah mereka menyentuh leherku dengan tangan-tangan kecilnya yang lembut. Dekatkan kemari parea tetua agar mereka memberkati keningku dengan jemari kasarnya yang keriput. Biarlah dara-dara dari kota mendekat, agar mereka melihat bayang-bayang kecintaan Tuhan pada mataku, agar mereka mendengar gaung kidung abadi terhembus bersama napasku.

PERPISAHAN
Syukurlah, aku telah mencapai puncak gunung membubung di kahyangan kemerdekaan dan kebebasan.
Aku kini pergi jauh, sangat jauh, wahai putra-putri ibuku. perbukitan di balik kabut kini raib dari pandanganku, ujung terakhir dari lembah kini telah dibanjiri oleh laut ketenangan, jalanan dan jejak-jejak telah dihapus oleh tangan kelalaian. Padang-padang rumput,hutan dan gunung-gemunung berlalu diselubungi oleh khayalan,putih seputih awan musim semi, kuning seperti sinar matahari dan merah seperti selempang senja.
Gemuruh ombak lautpun meredup, gemericik air di padang-padang lenyap sudah, suara kerumunan khalayak pun telah senyap, dan tidak pula kudengar suara apapun kecuali kidung keabadian, yang laras dengan kehendak jiwa.

ISTIRAHAT
Bukalah kain kafan dari tubuhku dan selubungi aku dengan bunga iris dan melati. keluarkan jasadku dari peti gading ini dan baringkanlah bertumpu bunga limau dan jeruk. Jangan ratapi aku, wahai putra-putri ibuku, tapi nyanyikanlah lagu riang anak remaja. hapuislah air matamu, wahai dara-dara kota. Tapi bacakanlah sajak tentang musim panen dan petik buah.
jangan tutup dadaku dengan tangis dan ratapan. Tapi berilah kesan dengan jemarimu sebagai tanda cinta dan perlambang sukacita
jangan ganggu ketenangan udara dengan upacara dan mantra-mantra. tapi gempitakan hatimu bersamaku dengan menyanyikan lagu keabadian dan kekekalan.
jangan kenakan busana gelap pertanda perkabungan,tapi bersamaku kenakan warna terang pertanda kegembiraan.
jangan bicarakan kematianku dengan ungkapan-ungkapan banal.tapi tutuplah matamu dan rasakan kehadiranku bersamamu sekarang,besok dan sesudahnya.
Baringkan diriku di bawah rindang pepohonan,usunglah diriku tinggi di atas pundak, bawalah aku dengan tenang ke negeri yang luas.
jangan bawa aku ke pemakaman, karena riuh khalayak akan mengganggu kedamaianku dan tulang-belulang serta tengkorak berderak-derak akan mengusik ketenangan tempatku beristirahat.
Usunglah aku ke bawah pohon cemara dan gali kuburku di bawah naungan tumbuhnya bunga lembayung dan tempat bersemi kecubung.
Galilah kuburku dalam-dalam agar air bah tidak sampai menghanyutkan tulang-belulangku turun ke lembah.
Galilah kuburku luas-luas agar di sini dapat duduk tenang para peri dan mambang malam.
Sisihkan pakaian ini dan rendahkan aku telanjang di dada bumi. Baringkan tubuhku perlahan, terlentang di pangkuan ibu pertiwi.
Tutupi tubuhku dengan tanah lunak, dan pada tiap cangkul tanah sertakan segenggam benih bunga lili, mawar dan melati. Agar tanaman itu tumbuh di atas kuburku, dirabuki tiap serpih tubuhku--menyebarkan ke udara wewangian dari hatiku, meruapkan sampai ke wajah matahari segenap rahasia dari tidurku. Dan semoga terhambur pula bersama angin sepoi, agar sampai kepada para pejalan, mengingatkan mereka akan harapan dan mimpiku.
Tinggalkan aku sekarang, wahai putra-putri ibuku, tinggalkan aku sendirian dan berjalanlah dalam hening, sehening kesunyian merambah lembah terpencil.
Tinggalkan aku sendirian dan berlalulah dari sisiku dengan tenang, setenang pohon badam dan apel mekar ditiup rinai angin bulan April.
Kembalilah ke tempat tinggalmu dan engkau akan temukan sesuatu, sesuatu yang kematian pun tidak dapat merenggutnya darimu dan dariku.
Tinggalkanlah tempat ini, karena sesuatu yang engkau cari telah tumbuh jauh, sangat jauh dari dunia ini :)

sang kahlil